Antara Paguyuban Petani dan Beras Organik Kelas 1 (Al Barokah, Ketapang - Semarang)

// // 2 comments
img source: here

[CATATAN LAPANGAN]

Suatu hari ketika kebetulan aku sedang di kampung halaman, Boyolali tercinta. Aku berkesempatan mengunjungi sebuah desa bernama Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Boyolali. Di sana aku bertemu dengan Pak Mustofa, petani dari Paguyuban Petani Al Barokah yang memproduksi beras organik Al Barokah yang ternyata cukup terkenal. Satu kunjungan singkat yang menyadarkanku bahwa aku lebih perlu mengenal rumahku, daerahku. Salut untuk Pak Mustofa, kelak aku juga akan pulang untuk membangun kampung halamanku. :-)

18 Maret 2014,

Aku sampai di terminal Boyolali jam 6 pagi. Niatnya ingin naik bus Sumber Jaya yang memang lewat jam 6 pagi, bus pertama menuju arah Karang Gede. Tapi ternyata bus telah lewat ketika aku sudah sampai di sana. Jadilah aku menunggu selama setengah jam di terminal, menunggu bus jam set 7. Aku memilih naik bus Sumber Jaya karena tidak perlu oper bus lagi. Jika naik bus Solo – Semarang maka aku harus ganti bus di Sruwen dan melanjutkan dengan mini bus jurusan Karanggede yang memang ngetemnya di pertigaan Sruwen. Jadi sama saja ujungnya. Niat untuk naik motor kuurungkan meskipun jarak tempuh dan waktu menuju lokasi lebih cepat jika naik motor, langsung ke arah utara dan tidak perlu ke Sruwen dulu. Berita kecelakaan akhir-akhir ini dan juga jarak yang cukup jauh membuatku ragu untuk naik motor. Aku punya kebiasaan ngantuk di motor dan itu bahaya sekali kan. Ongkos bus Boyolali – Susukan sebesar 7 ribu. Untuk urusan ongkos bus sebaiknya beri uang pas. Jika dibayarkan uang besar biasanya suka dimahal-mahalin, pengalaman kemarin di Solo.

Memasuki Desa Ketapang banyak terhampar hamparan sawah yang sudah mulai menguning. (Halah, kok jadi ingat iklan ARB ya? Wkwkwk). Kulihat juga satu petak sawah yang sedang dipanen. Ini bulan Maret kan. Mungkin ini bulan-bulan panen. Sebenarnya sejak masuk ke arah masuk Sruwen, pemandangan sawah mulai mendominasi landscape. Woow.. rasanya nostalgic banget. Ingin rasanya aku jalan-jalan di pematangnya. Kebiasaan waktu bocah dulu. Mau baca buku di perjalanan pun tidak jadi karena sayang jika tidak kulihat pemandangan ini.


Kondisi jalanan Sruwen – Karanggede rusak parah di beberapa tempat. Kerusakan jalan kadang membuatku yang duduk di minibus menjadi dangdutan. Jalan ini memang sering dilewati truk-truk pengangkut pasir dari Kali Wulu (? Semoga tidak salah nama). Sungai ini membawa material pasir yang berasal dari erupsi merapi. Hujan yang turun membuat pasir yang dimuntahkan merapi 3 tahun lalu turun ke bawah, membawa berkah bagi para tukang pasir. Sayangnya berkah itu membuat jalan pada rusak. Aku dengar tahun depan akan diadakan perbaikan jalan.

Dan sampailah aku di Ketapang. Jam 8 kurang seperempat. Aku turun di pangkalan ojek Sukomulyo Desa Ketapang. Dari sana naik ojek. Bilang saja ke rumah Pak Mustofa atau Al Barokah maka semua orang akan tahu, begitu juga tukang ojek ini. Ongkos ojek (mungkin) 5 ribu. Tukang ojeknya seperti tahu tentang maksud kedatanganku karena tanpa ditanya-tanya dia menceritakan masalah hama tikus di daerah ini. Sepertinya sudah sering ada orang-orang seperti aku ini? Semua orang baru yang menanyakan Pak Mustofa atau Al Barokah pasti ‘berbau’ pertanian. Hehehe. Ternyata gosip jika Pak Mus itu terkenal bukanlah isapan jempol belaka.

Aku disambut oleh Ibu Mus bersama anaknya yang masih berumur 3 tahun. Namanya Irvan, dan dia sangat lucu. Aku dipersilahkan masuk ke dalam ruang tamunya yang sederhana. Aku ditemani mengobrol sebentar dan sekitar 10 menit kemudian Pas Mustofa muncul. Lalu gantian Ibu Mus yang pergi ke belakang, membuat teh manis dan membawa kue. Lalu mulailah aku berbincang-bincang dengan Pak Mus. Banyak hal, banyak informasi sampai rasa-rasanya kepala penuh sekali. Mungkin karena memang seharian aku mengobrol dengan Pak Mus. Rencana Pak Mus untuk pergi mengantar beras ke Semarang tidak jadi dilakukan karena stoknya kurang. Jadilah hari ini Pak Mus di rumah saja, menemaniku bercakap-cakap sampai jam 3 sore. Oh God, 6 jam-an kami mengobrol. Ah, pantas saja aku ngantuk banget sekarang (jam 20.39). Apa saja yang kami obrolkan selama itu? Nah itu dia, aku sendiri juga akan sedikit banyak muter-muter nulisnya. Tapi akan kucoba merapihkannya agar lebih enak dibaca.

Sekilas Paguyuban Petani Al Barokah 

Paguyuban petani ini berdiri sejak tahun 1998 dan Pak Mustofa adalah salah seorang pengagasnya. Tujuan utama dari pembentukan kelompok ini adalah untuk lebih mensejahterakan petani. Cara pertanian organik menjadi pilihan kelompok tani ini. Pertanian organik membuat petani lebih mandiri: menyediakan bibit, pupuk dan pestisida sendiri; pengolahan pasca panen pun dilakukan sendiri. Hal ini akan mengurangi ketergantungan petani terhadap input pertanian dari luar. Pak Mustofa menyebutnya dengan ‘petani yang memahami dirinya sebagai petani’. Kenapa demikian? Karena sudah sejak lama petani kita terjajah oleh sistem yang menjadikan petani sebagai obyek belaka. Petani tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka bukan lagi menjadi petani sebenarnya. Bahkan secara terang-terangan Pak Mus mengatakan jika petani konvensional adalah korban dari para PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). Para PPL ini tidak lain adalah agen penjual pupuk kimia dan obat-obat pestisida. Mereka membuat petani yang seharusnya dibimbing malah menjadi konsumen produk pabrik tersebut.

Tujuan dari Paguyuban Tani Al Barokah disebutkan ada 5, yaitu: 1) Meningkatkan pendapatan petani 2) menghapus ketergantungan petani pada input luar 3) meningkatkan nilai jual produk beras 4) meningkatkan kualitas SDM dan 5) meningkatkan posisi tawar petani dalam perdagangan beras.

Dalam wadah paguyuban ini petani belajar bagaimana kembali bertani secara organik. Pelatihan pun dilakukan bermacam-macam mulai dari pembibitan, pembuatan pupuk alami, pestisida alami dan pengolahan pasca panen. Selain proses produksi, Al Barokah juga membentuk lembaga ekonomi berwujud koperasi dan LKMA yang siap menampung dan memasarkan produk pertanian anggota paguyuban. Koperasi membeli harga beras organik petani lebih mahal daripada harga padi konvensional. Semakin banyak petani menjual padi ke koperasi maka SHU-nya juga semakin tinggi.

Aturan penjualan beras bagi petani yaitu beras yang dijual haruslah sudah dikurangi dengan jumlah yang cukup untuk konsumsi sendiri. Petani dilarang menjual seluruh hasil panen dan memenuhi kebutuhan sendiri dari membeli. Petani harus juga merasakan hasil beras yang mereka tanam. Para petani ini kadang mendapat julukan ‘petani elit’ karena memakan beras yang mahal.
Bagaimana koperasi mengetahui jumlah panen dari masing-masing petani. Bisakah petani menjual berasnya lebih daripada aturan yang disepakati? Paguyuban memiliki data/ catatan tentang setiap anggotanya (luas lahan, hasil panen, dll) sehingga bisa diperkirakan panennya. Meskipun demikian ada juga beberapa petani organik yang menjual berasnya lebih banyak dari seharusnya, dan uang itu digunakan untuk membeli beras yang lebih murah. Alasan ekonomi menjadi yang utama.

Meskipun dikenal sebagai sentra beras, tapi masyarakat di desa ini masih mendapatkan jatah beras miskin atau RASKIN. “Ini ironi sekali”, kata Pak Mus. Petani padi organik tapi diberi bantuan Raskin yang jelas-jelas kualitasnya sangatlah buruk. Tapi tetap saja Raskin itu terserap/ diterima oleh masyarakat desa, baik untuk dimakan, dijual lagi, atau keperluan lain. Pak Mus mengira jika pemberian Raskin itu bisa menggeser pangan lokal. Misal saja ada daerah yang makanan pokoknya singkong. Adanya raskin akan menggeser pola kebiasaan makan singkong menjadi makan beras. Dan itu dianggap tidak baik.

Koperasi Serba Usaha (KSU) Gardu Tani dan LKMA

Paguyuban ini membentuk sebuah lembaga ekonomi berbentuk koperasi dengan nama Koperasi Serba Usaha Gardu Tani Al Barokah dan Lembaga Keuangan Masyarakat Agribisnis (LKMA) yang telah berbadan hukum dengan nomor 267/BH/KOK II. 1/188. 4/XI/2003tanggal 15 November 2002 dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.

Fungsi dari KSU adalah menampung dan menyalurkan produk dari anggota paguyuban. Pertemuan rutin koperasi dilakukan setiap 3-4 bulan sekali untuk membahas perkembangan kegiatan koperasi. Pertemuan rutin hanya dihadiri oleh pengurus koperasi. Sedangkan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang sering disebut RUBANI (Rapat Umum Paguyuban Petani) diadakan setiap menjelang lebaran. Jika biasanya RAT dilakukan akhir tahun, tapi di KSU Gardu Tani dilakukan menjelang lebaran. Ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kesepakatan anggota. Ketika RUBANI, akan dilakukan juga pembagian SHU, yang akan membantu memenuhi kebutuhan uang selama lebaran. LKMA membantu petani yang membutuhkan pinjaman modal dan usaha. 

Bersambung ya...

2 comments: Leave Your Comments

  1. Salam,
    Mohon dibantu Bro/Sis, klo punya contact person Bpk Mus ( Al Barokah ). Sy berminat u/ berkunjung juga ke Beliau. Terimakasih..
    Salam....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan. Boleh. Email saya ya ke nonette262@gmail.com nanti sy akan kirimkan kontak hp beliau. Ditunggu ya.

      Delete