Di Batu Sanggan, Karet adalah Segalanya

// // Leave a Comment


“Susah mencari uang di hutan mbak. Masyarakat sini kalau nggak motong ya nggak ada penghasilan. Karet lah yang paling sesuai dengan kondisi sini” cerita Bang Roni, salah seorang penduduk di Desa Batu Sanggan kepada saya . ‘Motong/ memotong’ adalah istilah masyarakat sekitar untuk memanen/ menoreh getah karet.
Desa Batu Sanggan di tepi Sungai Subayang

Batu Sanggan adalah sebuah desa seluas 20.008 hektar di tepi Sungai Subayang yang merupakan anak sungai Kampar, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Berada di tengah-tengah kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling, desa ini dikelilingi oleh bukit-bukit hutan yang saat ini, sebagian lahannya sudah berubah menjadi hutan karet. Disebut ‘hutan’  karena memang penampakan lahan-lahan karet itu sekilas seperti hutan.  Hampir seluruh lahan karet di sini didominasi oleh lahan karet dengan banyak semak dan bermacam pepohonan lain selain karet. Akses transportasi menuju desa ini hanya bisa melalui sungai, sekitar 4o menit perjalanan dari Pelabuhan Gema dengan perahu kecil bermesin, tidak ada jalan darat menuju tempat ini. Gema adalah kota kecil ibu kota kecamatan yang sudah memiliki akses jalan darat. Hampir seluruh mata pencaharian masyarakat Batu Sanggan dan desa-desa sekitarnya bertumpu pada getah karet. Akses transportasi itulah yang menjadi alasan mengapa karet adalah usaha yang paling cocok. Karet adalah komoditi yang bisa dipanen hampir setiap hari, mudah perawatannya dan juga tahan lama hasilnya. Hasil panen karetpun bisa dijual di desa, tidak perlu transportasi lagi, karena ada tengkulak di desa.
Belanja di pagi hari 
Setiap pagi suasana desa berpenduduk 434 jiwa itu sepi, jalan-jalan sepi dan orang-orang tidak nampak, hanya beberapa ibu-ibu atau anak-anak sekolah yang sesekali lewat. Hampir semua orang pergi memanen karet pada jam-jam itu. Mereka biasanya berangkat pagi-pagi sekitar pukul enam dan kembali ke rumah pada siang hari. Bahkan jika lokasi kebun cukup jauh, mereka menginap di lahan karet selama beberapa hari, biasanya dua mingguan. Lahan karet yang digarap masyarakat desa memang cukup luas, dari yang di sekitar pemukiman desa sampai dengan lahan yang cukup jauh, membutuhkan waktu untuk mencapainya. Umumnya masyarakat mengumpulkan hasil getah karet dan menjualnya setelah terkumpul banyak, biasanya setiap per satu bulan sekali atau dua minggu.

Hampir semua kebutuhan sehari-hari dibeli, mulai dari beras, minyak, sayur, bumbu-bumbu dapur dan segala keperluan lain. Kebutuhan uang tunai menjadi semakin tinggi dan getah karet adalah sumber uang tunai yang paling penting. Ladang berpindah untuk menanam padi sudah tidak banyak dilakukan oleh masyarakat, jikapun ada hanya beberapa orang saja. Dahulu, masyarakat masih menanam padi di ladang dengan tujuan memenuhi kebutuhan makanan pokok yaitu beras. Selain bertanam padi, mereka kadang juga menanam berbagai sayuran di ladangnya. Ladang itulah yang nantinya akan ditanami bibit karet dan berubah menjadi kebun karet. Semakin banyaknya gangguan hewan liar terutama babi dan mudahnya membeli beras dari pedagang membuat masyarakat lebih memilih untuk meninggalkan bertani padi di ladang. “Dari pada menanam padi dirusak terus sama babi, mending banyak-banyakin aja kebun karet agar uang juga banyak untuk beli beras” ujar salah satu masyarakat. Mudah sekali untuk membuka lahan baru untuk karet di daerah ini, tergantung seberapa kuat mengelolanya. Meskipun desa ini masuk dalam kawasan lindung namun menurut masyarakat tidak pernah ada masalah dengan pengelola kawasan.
kebun karet yang dikelola masyarakat 
Ketergantungan masyarakat terhadap karet sangat besar dan hal ini menjadikan mereka rentan terhadap perubahan, baik dari dalam ataupun dari luar. Misalnya saja ketika musim penghujan, hampir semua aktivitas pemanenan karet tidak dapat dilakukan secara teratur. Jika di musim kemarau petani bisa memotong karet hampir setiap hari, maka di musim penghujan sangat tergantung pada cuaca. Jika musim penghujan datang bisa jadi hasil produksi turun hampir lebih dari separuh, tergantung cuaca, semakin banyak hujan semakin sedikit karet dipanen. Sedikit panen panen berarti sedikit pula pemasukan uang tunai yang berpengaruh pada kelangsungan hidup keluarga. Hampir semua kebutuhan pokok disuplai dari pasar (dari pedagang yang datang  atau dari warung) yang berarti harus membeli dan memerlukan uang. Saat itulah fungsi tengkulak menjadi penting. Para tengkulak menyediakan pinjaman di saat sulit panen dan para petani mengembalikannya ketika panen sudah banyak lagi, yaitu musim kemarau.

Selain musim, masyarakat juga sangat tergantung pada harga karet di pasaran. Harga karet dunia yang tidak stabil dan fluktuatif memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Tahun ini,harga karet menurun dibanding tahun kemarin, namun masih dianggap aman oleh masyarakat. Jika seumpama harga karet jatuh, maka dapat dipastikan penghasilan masyarakat akan sangat terganggu.
Begitulah pentingnya posisi karet bagi kehidupan masyarakat Batu Sanggan. “Tidak terbayangkan jika tidak ada karet di sini” lanjut Bang Roni.

 ----------------- des 2012

0 comments:

Post a Comment